Rumah

(IQRO')
          Sudah satu minggu Bintang dipulangkan dari asrama sekolahnya karena imbauan dari Pemerintah untuk mencegah bertambahnya angka pasien positif COVID-19 di Indonesia. Selama dua minggu ini gadis berumur 17 tahun itu hanya berbicara dengan dirinya sendiri dan ikan di akuarium yang entah sejak kapan diletakkan di kamarnya. Bintang sudah lama sekali tidak pulang, tetapi bukan suasana seperti ini yang dia harapkan ketika datang.

            Bintang dan tiga orang lainnya yang berada di rumah ini seperti orang yang tidak saling kenal. Dari 24 jam, rasanya mereka hanya bertemu beberapa kali, itu pun hanya ketika beberapa di antara mereka tidak sengaja berpapasan di jalan menuju kamar mandi ataupun saat makan. Tidak ada yang berinteraksi seperti keluarga di rumah ini. Bahkan saat di ruang makan, mereka hanya sibuk dengan makanan mereka sendiri.

            Semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing. Adik laki-laki Bintang, Rasi, yang saat ini duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama juga tertutup padanya. Ya, dia anak yang pendiam tapi pandai. Pintu kamarnya hampir tertutup setiap jam, hanya terbuka saat waktu makan ataupun saat pergi ke kamar mandi. Kedua orang tuanya pun sama. Bintang pikir kesibukan ibu dan ayahnya akan berkurang karena sistem work from home ini, tetapi tidak. Rupanya mereka akan selalu mengutamakan pekerjaan ketimbang keluarganya sendiri.

            Rasanya sangat sepi, Bintang juga ingin merasakan kehangatan keluarga seperti yang teman-temannya upload di Instastory mereka. Gadis itu ingin mengubah keadaan saat ini, tetapi bagaimana? Rupanya semenjak ayah Bintang naik jabatan 5 tahun lalu dan ibunya yang diangkat menjadi pegawai negeri di tahun yang sama adalah penyebab keluarga Bintang berubah.

Gadis itu benar-benar lelah. Hendak mengistirahatkan tubuhnya, berharap semuanya akan kembali seperti dulu, saat dia benar-benar merasakan hadirnya sebuah keluarga. Hasilnya mungkin tetap sama, tak akan ada yang berubah di antara mereka. Namun, malam itu berbeda dengan malam biasanya. Dalam mimpinya, dia melihat neneknya datang, “Bintang, nenek lihat semuanya, tentang keluargamu. Kenapa jadi seperti itu, Nak? Nenek sangat sedih melihat ini semua. Karena kamu cucu perempuan nenek satu-satunya, nenek sangat berharap kamu bisa mengembalikan keluargamu seperti dulu. Keluarga adalah rumah, Nak, nenek tidak mau melihat keluargamu acuh satu sama lain,” ucap neneknya.

Deg,  Bintang terbangun, keringat sudah bercucuran di dahinya. Apa itu tadi? Kenapa nenek datang, apa keluargaku benar-benar kacau? Arghh, aku dibuat gila dengan ini semua, batinnya, tak mau tidur lagi malam itu, takut bermimpi yang sama.  Sejujurnya, Bintang rindu pada neneknya, tapi entah kenapa malam itu dia takut. Aneh. Terburu-buru, Bintang langsung menyusun rencana, takut membuat neneknya kecewa dan mendatanginya lagi dalam mimpi. Ia langsung mengambil buku catatannya, memberikan goresan pada lembar dengan tulisan besar bertajuk 'RUMAH'. Ya, sesuai harapannya, Bintang akan membuat keluarganya menjadi rumah, tempat di mana kasih sayang itu ada, tempat yang paling dirindukan, juga tempat untuk kembali.  Namun ide itu tak kunjung datang, hanya kata 'RUMAH' yang masih menjadi judul di kertas itu.

Huh, aku harus membuat rencana apa? Siapa yang harus kuajak berdiskusi? Gila,” keluhnya. Ah ya, ide itu muncul, dia akan mengajak adiknya bekerja sama, mungkin dengan memberitahu mimpi tentang nenek semalam akan membuat Rasi setuju. Rasi, cucu yang paling disayang nenek, waktu kecil  saat dia jatuh nenek selalu bertindak paling berlebihan, takut Rasi terluka katanya. Jadi tidak heran kalau Rasi juga amat sayang pada nenek. Ya, besok Bintang akan mencoba mengajak Rasi untuk ikut menyelesaikan misinya.

Esoknya, setelah sarapan, Bintang mencoba mendatangi adiknya sesuai rencana.

Tok tok,  tak ada respon. Tok tok, tepat ketukan kedua Rasi membukakan pintunya. “Kak Bintang, tumben banget kakak ke sini. Ada apa, Kak, memangnya?” tanya Rasi. “Boleh masuk?” balas Bintang. “Ya, silahkan” kata Rasi dengan nada malas.

“Jadi gini, Kakak ngerasa kita itu sebagai keluarga nggak ada deket-deketnya sama sekali. Kamu juga tertutup banget sama Kakak, aku ini kakakmu. Kamu bisa cerita semuanya sama Kakak, terlebih Ayah sama Ibu. Mereka kaya nggak pernah ada waktu buat kita, kaya orang asing aja.” Bintang akhirnya mengungkapkan keresahannya selama ini.

“Hmmm…” sahut Rasi yang membuat Bintang jengkel. “Gini deh, sebenarnya semalam Kakak mimpi ketemu sama Nenek…” Ia melanjutkan cerita tentang mimpinya semalam. Bintang percaya, Rasi akan mau terbuka padanya dan membantunya menyelesaikan permasalahan keluarganya. “Ini beneran, Kak, Nenek datang semalam? Kenapa Nenek nggak datengin Rasi juga? Rasi kangen banget sama nenek,” ujar Rasi sedih.

“Kak, Rasi mau ngomong. Semenjak kepergian Nenek dan Kakak pergi ke asrama, aku ngerasa nggak punya siapa-siapa buat diajak cerita. Tau sendiri kan, Ayah sama Ibu sibuk banget, di rumah rasanya kaya hanya ada aku sendiri,” keluh Rasi. Air matanya sedikit keluar, menandakan bahwa dia benar-benar sedih.

“Jadi ini alasan kamu tertutup sama Kakak? Menjadi sangat pendiam nggak kaya dulu?” tanya Bintang. Adik laki-lakinya itu hanya menghela napas panjang, tak menjawab pertanyaan.

“Oke, Kakak minta maaf belum bisa jadi kakak terbaik buat kamu. Tapi kamu mau kan bantu Kakak dalam misi ini?” balasnya.

“Hmm... Lima hari lagi ulang tahun Ayah. Gimana kalau kita bikin surprise ke Ayah, terus bilang kalau kita mau kaya dulu lagi. Nggak ada yang namanya canggung lagi, ruang makan juga kerasa lebih hidup. Intinya kita sayang mereka,” jawab Rasi. 

Eung, good idea,” timpal Bintang yang segera menulis rencana tersebut di notebook miliknya. Dia juga menambahkan apa saja yang dibutuhkan untuk surprise ulang tahun ayahnya lima hari lagi. Mereka berdua lanjut berdiskusi hingga rasa canggung di antara keduanya benar-benar sirna. Ya, ini memang yang diinginkan Bintang dan Rasi, tinggal menyatukan kedua orang tuanya saja.

Lima hari kemudian

Hari ini hari yang ditunggu kakak beradik tersebut. Berharap semua rencana yang telah disusun akan berjalan lancar tanpa hambatan. Rasi menunggu pesanan kue tart yang mereka pesan lewat aplikasi online di belakang rumah. Sedangkan kakaknya sedang menata makanan di kamar Rasi, ah, jangan lupakan soal kadonya. Mereka membeli jam tangan model terbaru dengan tabungan yang mereka miliki. Entah ayah mereka akan suka atau tidak, mereka tak peduli. Pengantar kuenya sudah datang! Segera, Rasi menuju ke kamarnya untuk membantu kakaknya. Rencana dimulai.

Tok tok tok. Rasi mengetuk pintu kerja milik ayahnya dengan agak ragu, takut tak ada respon. Hendak mengetuk lagi, ternyata Ayah sudah membukakan pintu. “Ada apa, Nak? Tidak biasanya kamu mendatangi ayah,” tanya ayahnya.

“Ayah sibuk? Boleh ikut Rasi sebentar saja?” Rasi balik bertanya, membuat ayahnya semakin bingung. Kenapa putranya bertindak tidak seperti biasanya. Canggung, Ayah juga merasakan itu. Pertanyaan Rasi hanya dibalas anggukan oleh Ayah, dan mereka menuju kamar Rasi tepat sesuai rencana.

Sementara itu, Bintang mendapat tugas untuk mengajak ibunya. Kebetulan Ibu sedang mencuci piring di dapur. “Bu…” Bintang bingung harus bicara apa, lidahnya kelu. Benar-benar keluar dari rencana awal. “Ya, Bintang, kenapa?” tanya Ibu.

Bintang masih berdiri kaku, hingga keberaniannya muncul. “Ikut Bintang sebentar ya?" tukasnya.

“Ke mana memangnya?” tanya Ibu. Bintang yang tak mau berlama-lama langsung menarik tangan ibunya, mengajaknya menuju kamar Rasi.

Semuanya telah berada di depan pintu kamar Rasi. Pintu mulai terbuka, mulai terlihat hiasan dan pernak pernik yang dominan berwarna tosca kesukaan ayah. Tak lupa, ada sebuah kue dan lilin yang diletakkan di atas meja. Tentu saja indah, ini kerja keras dua kakak beradik itu. Ayah dan Ibu terperangah, masih sibuk dengan kekaguman masing-masing. Hingga suara Bintang membuyarkan lamunan keduanya.

“Selamat ulang tahun, Ayah..” Dilanjut dengan ucapan dari Rasi. Terkejut, tentu saja. Mereka bukan tergolong keluarga yang harmonis, tapi tiba-tiba anak-anaknya membuat suasana seperti ini.

Haru, tetesan air mata itu perlahan keluar dari mata Ayah. Jujur, Rasi dan Bintang terkejut melihatnya. Sebab mereka tak pernah melihat ayahnya menangis, Ibu juga ikut terbawa suasana. Semua yang ada di sana menangis, entah perasaan apa yang mereka rasakan. Mereka hanya merindukan satu sama lain.

“Yah, Bu. Bintang sama Rasi cuma pengen kita semua kaya dulu lagi, kumpul bareng, ngobrol bareng, semua bareng kaya dulu. Kita kangen suasana seperti dulu,” buka Bintang.  “Iya, Yah, Bu,” timpal Rasi dengan nada sedikit terisak.

Ayah semakin terisak, mengingat apa yang telah ia lakukan pada keluarganya selama ini. “Ayah minta maaf, selama ini belum bisa menjadi ayah yang baik. Ayah hanya memikirkan pekerjaan tanpa mengingat bahwa Ayah punya keluarga yang sangat berharga,” tukas Ayah sambil terisak.

“Ibu juga minta maaf ya, Nak. Ibu hanya tidak mau kalian mengalami apa yang dulu Ibu alami, hidup susah. Tapi ternyata Ibu salah, mencari uang tiada henti sampai-sampai lupa dengan keluarga adalah hal yang bodoh. Nyatanya dengan uang saja, kita tidak bisa bahagia,” tambah Ibu.

Seolah semua permasalahan usai, mereka saling berpelukan. Melepas rindu yang selalu ditahan hingga menimbulkan sesak yang berkelanjutan. Ayah dan Ibu berjanji untuk selalu mengutamakan keluarga.

Mereka bukan lagi keluarga yang canggung. Meja makan tak pernah sunyi seperti dulu. Mereka hidup layaknya keluarga normal dan saling menyayangi.

2 bulan kemudian

Tepat hari ini, Pemerintah menyatakan bahwa virus COVID-19 sudah hilang dari negara ini. Semua orang berbahagia. Akhirnya mereka keluar dari rumah, menjalankan aktivitas seperti dulu lagi. Tak lupa, Bintang dan keluarganya juga kembali menjalankan tugas masing-masing.

Tak mau seperti dulu lagi, ayah dan ibu Bintang selalu meluangkan waktu di akhir pekan untuk melakukan sesuatu bersama, piknik misalnya. Bintang akan pulang tiap Minggu dari asramanya. Rasi juga bukan anak tertutup lagi sekarang. Keluarga tersebut benar-benar bisa dikatakan sebagai keluarga yang ideal dan mereka benar-benar hidup bahagia.

Semuanya akan kembali ke rumah. Tentu saja, karena sejatinya rumah merupakan tempat untuk kembali selepas perjalanan panjang. Rumah adalah tempat melepas rindu, tempat berbagi senang dan susah. Juga rumah adalah tempat yang benar-benar menerima segala kekurangan seseorang.

(Najma X A3 & Ninda XI S4)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak